Sunday, 8 February 2015

Cerpen Terbaru: Jalan Menuju Surga


Jalan Menuju Surga
Karya: Syiffa Octariyani Sasmita

            Untaian permata bening mulai menggenang diatas sebuah gundukan tanah yang masih merah. Semerbak bau mawar dan kenanga diatasnya merayuku membayangkan bau surga. Rajutan tangis dan doa dari orang disekelilingku mulai terdengar seperti sebuah melodi layu.
            Kususuri sebuah nama yang terukir disebuah batu nisan yang tertancap diatas makam itu, Renaya Amalia Adirja. Seiring mengalunnya lantunan doa yang dibacakan oleh pak ustadz yang berdiri tak jauh denganku, saat itu pula kenangan tentang sahabatku mulai mengoyak kembali ingatanku.
***
            Kulirik jam tangan Gucci hitam yang melingkar dilengan kiriku untuk yang kesekian kalinya. Sudah setengah jam aku berdiri dipinggir jalan, tak biasanya ia tidak tepat waktu seperti ini. Kami berdua berencana pergi ke toko buku disekitar kota Bandung untuk mencari beberapa buku untuk tugas disekolah kami.
            Tak berapa lama, sebuah Scopy Hitam melaju mendekati tempatku berdiri. Beberapa meter dariku sudah terlihat sang pengendara melemparkan cengiran khasnya dengan menampilkan kawat gigi yang kali ini berwarna abu-abu yang kontras dengan wajahnya yang putih. Saat berhenti didepanku, ia langsung menaikan kaca helmnya.
“Maaf Win, tadi macet banget.” Semburnya sambari lagi-lagi menunjukan deretan kawat giginya.
“Macet dimana kamu Ren? Toh dari rumah kamu ke sini juga gak nyampe 10 menit kan.” Balasku sambil menekuk muka.
“Ah biasa, macet didepan TV. Tadi kan ada si Verel diacara gosip. Aku kan jadi gak bisa pindah dari depan TV. Hehe. Maaf yah Winda.”
“Ah dasar. Kamu yah, gak bisa liat cowok ganteng dikit langsung aja penyakit lebaynya kumat. Ya udah gak apa-apa. Yuk kita berangkat, udah mulai siang nih.” Balasku.
            Beberapa saat kami menuju salah satu toko buku di jalan Palasari. Selama menuju tujuan, jika biasanya dia tidak bisa menahan untuk tidak membicarakan pacar atau pun apa saja yang ada dipikirannya, tak biasanya Rena sangat pendiam. Dia hanya berbicara seperlunya saat aku tanya.
            Tak lama kami sampai disebuah toko buku langganan kami. Langsung saja kami berpencar untuk mencari buku tujuan kami. Aku langsung menuju lantai atas untuk mencari buku untuk tugasku. Sedangkan Rena masih dilantai bawah di rak novel dan komik. Memang maniak komik, gerutuku dalam hati.
            Setengah jam kemudian, aku sudah menemukan buku yang aku cari. Saat aku mencari Rena di sekitar rak novel dan komik, tenyata aku tidak menemukannya. Aku coba untuk menghubungi handphonenya, tapi sepertinya dinonaktifkan. Butuh beberapa saat untuk mecarinya ditoko buku besar seperti ini. Akhirnya aku menemukannya di sekitar rak muslim dan islam.
“Tumben kamu ada sekitaran sini. Biasanya aja ada dipojokan ruangan buat baca komik gratis.” Candaku, tapi ternyata dia tidak tertawa sama sekali.
“Iya nih, lagi kepengen baca-baca disini. Udah dapet bukunya?”
“Udah nih. Cepet pulang yuk, udah mulai penuh disininya.” Kataku.
            Kami pun kembali menuju rumah yang melewati depan rumahku. Tapi tidak tahu kenapa, rasanya aku sangat tidak ingin berpisah dari sahabatku yang satu ini. Saat sudah turun dari sepeda motornya, aku sudah berpamitan dan hendak menyebrang saat dia memanggilku kembali.
“Eh tunggu Win, nih buat kamu. Pokoknya, kalo kamu liat atau baca ini, kamu harus inget aku yah.” Kata Rena dengan wajah berseri-seri.
“Apaan ini? Kapan kamu belinya? Kok kayanya aku gak liat sih?” Kataku keheranan.
“Haha, masa iya mau ngasih kejutan mesti bilang dulu sih. Udah yah, aku mau pulang dulu. Assalamualaikum.”
“Makasih Reni-chan. Hati-hati ya. Waalaikumsalam.”
            Setelah Scopy Rena mulai melaju, aku menunggu sebuah truk pengangkut batu yang melintas didepanku untuk menyebrang jalan menuju ke rumahku. Setelah sampai disebrang, aku mendengar suara orang berlarian dan berteriak-teriak kearah truk pengangkut batu tadi pergi. Aku melirik ke arah orang berlarian tadi. Penasaran, aku mendekati sebuah kerumunan orang yang sedang melihat sesuatu. Astagfirullah, apa yang aku lihat disana adalah seseorang dengan Scopy hitam sedang terbujur tak bergerak bergelimangan darah disekitarnya. Rena.
***
            Setelah pemakaman selesai, aku menuju kerumahku. Aku langsung mengunci diri dikamar untuk menenangkan diri. Saat aku melihat kearah meja belajar, disana tergolek sebuah buku bersampul hitam dengan judul “Jalan Menuju Surga” dari Rena sahabatku.

0 comments:

Post a Comment